Para pekerja ketakutan dan bergegas menuju pondok. Waktu itu kepala Kampung Eromaga juga ada. Dia tampak gugup sambil memegang tiang tenda terpal itu. Ketika pekerja telah berkumpul dalam pondok tersebut, tepat juga rombongan KKB tiba dan langsung menodongkan senjata.
“KKB meminta kepala Kampung keluar dari pondok. Saat itu, pong Iren (almarhum) langsung ditodong senjata. Saya waktu itu tidak melihat begitu jelas karena hanya bisa tertunduk ketakutan. Kita tidak berani bertatapan langsung dengan mereka (KKB),” kata pak Rani.
KKB yang menodong almarhum menarik pelatuk kemudian almarhum menunduk tetapi senjatanya macet. KKB menarik pelatuk kedua kalinya, terdengar ledakan tapi nampaknya tidak mengenai siapa pun. Semua pekerja menunduk, tiarap, sambil berseru “ya Tuhan”.
Setelah itu para pekerja bangun dan berlari berhamburan ke arah jalan raya. Saat itu lah seorang pekerja terkena anak panah di punggungnya, dan seorang lainnya terkena panah di pinggang. KKB terus mengejar para pekerja sambil melepas tembakan.
Begitu tiba di jalan raya, para pekerja terus berlari berupaya menyelamatkan diri dari kejaran KKB. Namun kondisi jalan dimana sedikit ada penurunan, almarhum Suprianus jatuh tersungkur tepat di depan pak Rani.
“Hampir saya injak, untung saya lompat. Mungkin hanya sekitar 5 meter ke depan, saya menoleh ke belakang, teman yang jatuh sudah ditodong dengan panah. Saya juga sempat terkena sesuatu di belakang, saya kira sudah tertembak, ternyata KKB melempar saya pakai parang,” kisah pak Rani.
Pak Rani terus berlari. Dari arah belakang ada KKB, di depan juga ternyata ada KKB sudah menghadang. Terpaksa pak Rani berbelok dan melompat ke tebing lalu meluncur ke semak-semak.
Menurut pak Rani, kemungkinan KKB sempat menebas Almarhum menggunakan parang yang dipakai melempar dirinya. Sebab, jika Almarhum hanya terkena panah, darahnya tidak akan sebanyak itu.
“Karena saya masih sempat lihat darahnya itu kasihan bercucuran menetes sampai di pantatnya,” kata pak Rani.
Almarhum masih sempat berlari ke arah pak Rani jaraknya sekitar 5 meter. Namun karena sudah terluka parah, Almarhum berhenti di tempat itu sambil terus meminta tolong. Sementara KKB yang mengejarnya berbelok mengejar pekerja yang lain. Waktu itu Almarhum Suprianus masih hidup.
Petaka pun kemudian dihadapi Almarhum Suprianus. KKB yang mengejar pekerja lainnya, kembali dan menemukan Suprianus. Korban sempat memohon sambil mengangkat tangannya, tetapi KKB justru menebas tangannya hingga putus sambil mengatakan “apa ini”. KKB kemudian menghabisi korban dengan menebas lehernya dari samping kiri kanan.
“Setelah itu saya sudah tidak mendengar suara lagi. Saya berdoa di dalam semak-semak,” kisah pak Rani.
Pak Rani Diselamatkan
Beberapa saat kemudian, pak Rani merasa bahwa sepertinya KKB sudah meninggalkan tempat itu. Tapi dia harus pindah dari tempat itu, karena jika tidak nyawanya juga terancam. Dia mulai bersiap, dia membuka sepatu boots dan helm proyek dan ditinggal di dalam semak-semak.
Pak Rani pun mulai keluar dan melompati sebuah pagar kayu. Namun saat melompat turun, dia terperosok ke dalam lumpur. Dia terus merangkak lalu menemukan gundukan tanah. Dia bermaksud berlindung di situ, tetapi posisinya ternyata justru sangat mudah ditemukan KKB seandainya mereka datang memantau di ketinggian.
“Saya kemudian terus merangkak dan melompat ke dalam semak, di situ semak pakis cukup lebat. Saya lihat semak pakis ini cukup bagus untuk saya berlindung, saya lalu merangkak masuk. Saya merapikan jejak saya dan bersembunyi telentang di dalam semak itu,” katanya.
Pak Rani berpikir akan tidur di dalam semak pakis itu. Dia berencana baru akan keluar ketika sudah tengah malam dan berlari ke arah bandara Aminggaru, Ilaga.