DUNIA – Perang antara Israel dan Hamas, kelompok militan yang menguasai Jalur Gaza, masih terus berlangsung meski telah memasuki minggu ketiga. Serangan udara dan rudal saling dilancarkan oleh kedua belah pihak, menimbulkan korban jiwa dan kerusakan yang besar.
Hingga Selasa (17/10/2023), jumlah korban tewas di Israel dilaporkan mencapai lebih dari 1.300 orang, sementara di Jalur Gaza mencapai lebih dari 1.500 orang¹².
Konflik ini dipicu oleh serangan teror yang dilakukan oleh Hamas pada Sabtu (7/10/2023), yang menewaskan 1.400 orang di Israel. Serangan ini diduga sebagai balasan atas penyerangan polisi Israel terhadap jamaah Muslim di kompleks Masjid Al-Aqsa pada Mei lalu. Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci bagi umat Islam, tetapi juga dianggap sebagai situs bersejarah oleh umat Yahudi³.
Israel dan Hamas memiliki sejarah konflik yang panjang dan rumit. Konflik ini bermula saat Inggris mendirikan “rumah nasional” bagi minoritas Yahudi di Palestina pada tahun 1917. Sejak saat itu, banyak warga Yahudi yang berimigrasi ke Palestina, yang mayoritas penduduknya adalah Arab.
Pada tahun 1948, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya sebagai negara Yahudi, yang ditentang oleh negara-negara Arab, termasuk Palestina. Perang antara Israel dan negara-negara Arab pun meletus, dan berakhir dengan pembagian wilayah Palestina menjadi dua: Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Perjanjian damai antara Israel dan Palestina sulit dicapai karena beberapa isu sensitif, seperti status Yerusalem, nasib pengungsi Palestina, batas-batas wilayah, dan keamanan. Beberapa upaya perdamaian telah dilakukan, seperti Perjanjian Oslo pada tahun 1993, yang memberikan otonomi kepada Otoritas Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun, perjanjian ini gagal mengakhiri kekerasan dan ketegangan antara kedua belah pihak.
Dunia internasional telah mengutuk eskalasi perang Israel-Hamas dan mendesak agar gencatan senjata segera dicapai. PBB, AS, Uni Eropa, Rusia, China, dan negara-negara Arab telah menawarkan bantuan mediasi untuk mengakhiri konflik ini. Namun, hingga saat ini, belum ada tanda-tanda bahwa Israel atau Hamas bersedia untuk menghentikan serangan mereka.
Presiden AS Joe Biden akan mengunjungi Israel pada Rabu (18/10/2023) untuk menunjukkan dukungan kuat kepada negara sekutu sekaligus menekan agar meringankan penderitaan di Gaza, di mana pasokan air dan makanan menipis bagi ratusan ribu orang yang mengungsi². Kunjungan Biden ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya konflik baru di kawasan tersebut.
Sementara itu, bantuan kemanusiaan yang ingin masuk ke Gaza masih tertahan di perbatasan Mesir. Rumah sakit di Gaza pun kekurangan stok bahan medis. PBB telah memperingatkan bahwa situasi kesehatan di Gaza sangat kritis dan berisiko menimbulkan kematian lebih banyak lagi².