Timika, Papuadaily – Badan Karantina Indonesia (Barantin) melalui Balai Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Karantina) Papua Tengah kembali berhasil menggagalkan upaya penyelundupan 5 ekor satwa lindung, pada Rabu 18 September 2024 (dini hari) di pelabuhan Poumako, Timika.
Dalam keterangan tertulis yang diterima media ini, Jumat (20/9/2024), Kepala Balak Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Papua Tengah, Ferdi membenarkan hal tersebut.
Ferdi menyebut, satwa tersebut hendak diselundupkan saat pengawasan terhadap alat angkut KM. Sabuk Nusantara 75. Namun, berkat laporan masyarakat, upaya penyelundupan ini berhasil digagalkan berkat laporan dari masyarakat.
“Awalnya petugas (Karantina) mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa ada kotak kayu yang dicurigai membawa hewan hidup. Tetapi tidak dilengkapi dokumen karantina dan juga persyaratan lainnya, seperti Surat Angkut Tumbuhan dan Satwa Liar Dalam Negeri (SATS-DN),” ujar Ferdi.
Ferdi menjelaskan, dalam proses pemeriksaan yang dilakukan bersama dengan instansi terkait, tim mendapati empat ekor kuskus dan satu ekor burung kasuari.
Kata Ferdi, menurut Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), hewan ini termasuk dalam daftar Apendiks, yang merupakan hewan dilindungi dan tidak boleh diambil serta diperjualbelikan langsung dari alam.
Kemudian, saat kotak kayu yang berisikan lima satwa dilindungi tersebut belum sempat dimuat ke KM. Sabuk Nusantara 75 yang berasal dari Kaimana pada Rabu dini hari, petugas Karantina kemudian mengamankannya.
Febri menyatakan, tindakan penyelundupan ini telah melanggar Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. Juga Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Sementara itu, Kepala Barantin Sahat M. Panggabean mengapresiasi masyarakat yang turut serta berperan aktif melaporkan indikasi pelanggaran karantina.
“Semoga peran aktif masyarakat terus bersinergi dengan Karantina, salah satunya dalam hal pengawasan. Menjaga kelestarian sumber daya alam merupakan tanggung jawab bersama,” ucap Sahat.
Berdasarkan data Karantina Papua Tengah, selama periode Januari hingga Agustus, telah tercatat tujuh kasus penahanan Media Pembawa Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK). Penyelundupan tersebut merupakan kasus kedelapan.
“Pengagalan penyelundupan ini menjadi peringatan keras bagi oknum penyelundupan satwa lainnya, bahwa tindakan mereka tidak akan dibiarkan dan akan ditindak tegas sesuai hukum yang ada di Indonesia. Kami juga akan terus meningkatkan intensitas pengawasan bersama instansi terkait dan rutin melaksanakan pemeriksaan secara seksama untuk mengurangi tindak pidana dan perdagangan satwa, baik yang dilindungi maupun tidak,” imbuhnya.
Selanjutnya, kelima satwa tersebut dibuatkan berita acara Serah Terima Media Pembawa Satwa kepada pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Timika.